Rabu, 07 September 2016

Bad Girl Good Girl (FF GA)

Sepi.

Kyuhyun cukup menyesali keputusan yang telah diambilnya. Menolak ajakan Ryeowook untuk menumpang mobilnya tadi dan malah memilih agar menanti hujan yang tak kunjung reda hingga saat ini.

Entah berapa game yang sudah dimainkannya sejak ia menunggu hujan reda sejam yang lalu.

*nanananana~

Nada dering yang ceria mengalun dari telepon genggam miliknya.

“Ryeowook? Kenapa?” tanyanya langsung begitu melihat siapa yang kini menelpon nya.

“Kyuhyun-ah.. Masih di sekolah?” Ryeowook bertanya balik.

Dari suara yang didengar Kyuhyun, Ryeowook sepertinya sudah sampai di rumahnya.

‘Ah,enaknya’ pikir Kyuhyun. Ryeowook bahkan mungkin sudah berganti baju, makan dan minum coklat panas. Pikiran Kyuhyun melambung ke arah makanan, mengingat perutnya yang mulai mengajukan protes meminta asupan makanan sedari tadi.

“Ya.” Jawab Kyuhyun singkat.

“Maaf, bisa ke lab biologi tidak? Sepertinya aku meninggalkan buku catatan ku disana waktu praktikum tadi. Mumpung kamu masih disana, tolong ambilkan yah. Hehe..”

“Baiklah.”

Ucap Kyuhyun malas sembari mematikan sambungan telepon tersebut.

Dengan malas dilangkahkan kakinya menuju ruang Lab Biologi yang berada di ujung koridor. Koridor sekolah kini terasa gelap, wajar rasanya mengingat matahari sore telah terbenam.

Suara yang terdengar selain hujan hanyalah suara langkah kaki miliknya. Sepertinya tidak ada murid lain yang sebodoh dirinya sehingga memilih untuk berteduh di sekolah dan akhirnya terjebak seperti ini.

“Haaah..”

Kyuhyun menghela nafas berat ketika akhirnya ia meraih gagang pintu lab biologi yang kini tengah dibukanya.

Pintu lab biologi pun bergeser bersamaan dengan Kyuhyun yang melangkahkan kakinya ke dalam.

“Eh?”

Kyuhyun tersentak kaget menatap apa yang ada di hadapannya kini.

Sesosok wanita berpostur tinggi semampai kini ada di hadapannya. Rambutnya yang hitam panjang melambai seperti ditiup angin, padahal Kyuhyun yakin sekali tidak ada angin apapun yang berhembus di tengah ruangan lab biologi itu!

Kulit putih pucatnya terlihat bersinar meskipun dalam penerangan yang tidak seberapa.

“Err..maaf.. Kamu..?”

Akhirnya Kyuhyun memberanikan diri untuk menyapa sosok cantik di hadapannya.

Akhirnya dia pun menoleh ke arah Kyuhyun, melemparkan senyum manisnya, sebelum akhirnya berbicara dengan suara yang lirih.

"Bisa kau menolongku?"

Dan belum sempat Kyuhyun merespon, gadis itu sudah lebih dulu kehilangan kesadaran dan hampir jatuh ke lantai jika ia tidak menangkapnya.

~

"Tenang. Bernafaslah dengan normal."

"Tapi ini salah. Ini tidak benar."

"Tapi tidak mungkin aku membiarkannya begitu saja."

"Jika Ryeowook tahu, habislah aku."

"Tapi, apa peduliku dengan manusia aneh satu itu?"

Pergulatan hati Cho Kyuhyun terhenti saat mendengar suara dari gadis yang terlelap di tempat tidurnya.

Membuatnya sontak menoleh; memeriksa jika gadis itu sudah bangun.

Nyatanya, dia hanya melenguh dan menggerakkan kepalanya pelan. Membuat handuk kecil di keningnya terjatuh ke samping.

Kyuhyun mendekat dan menyentuh pelan kening gadis itu.

"Sedikit turun."

Ucapnya pada diri sendiri lalu kembali meletakkan handuk kecil tadi ke tempatnya.

Gila. Dia bahkan masih merasa kedinginan sejak tiba di apartemen dan perutnya pun masih dalam keadaan kosong, tapi sedari tadi dia bahkan terus memperhatikan gadis yang sedang demam di hadapannya ini.

Antara merutuki diri sendiri dan merasa kasihan.

Ayolah, siapa yang dengan bodohnya rela meninggalkan seorang gadis yang pingsan di hadapanmu? Terlebih saat kau yakin tidak akan ada orang lain yang akan menolongnya kecuali dirimu.

Tapi siapa juga yang dengan konyolnya membawa seorang gadis asing ke tempat tinggalmu?

Kau bahkan tadi rela menggendongnya saat tidak menemukan satu pun taksi yang bisa kau tumpangi.

Dan sekarang? Gadis itu bahkan tidur di ranjangmu.

Garis bawahi itu. Di tempat tidurmu.

Tapi baiklah, lagipula hanya untuk sekali seumur hidup. Kau tidak akan mengalami hal sama lagi seperti ini lain kali kan?

Pergerakan yang Kyuhyun rasakan di tempat tidur membuatnya menoleh dan melihat gadis asing itu.

Dan langsung berdiri saat menangkap sinyal jika gadis itu akan segera sadar.

Benar saja. Beberapa detik setelah Kyuhyun menyingkir dan berdiri, gadis itu tampak membuka mata.

Dia meraih handuk di keningnya dan menatap benda itu. Lalu mengitarkan pandangan hingga menangkap sosok Kyuhyun.

Kyuhyun hanya membalas tatapan sedikit terkejut dan dingin gadis itu.

Dia mendekat dan menyodorkan tangan; meminta handuk yang masih gadis itu pegang.

"Ini tempatmu?"

Pertanyaan pertamanya.

"Begitulah."

"Apa kau merasa lebih baik?"

"Ya. Terima kasih."

Kyuhyun mengangguk dan duduk di kursi meja belajarnya.

"Siapa namamu?"

"Hye Ri."

"Hye Ri? Baiklah. Aku Kyuhyun."

"Kyuhyun. Terima kasih karena sudah menolongku."

Hye Ri menurunkan kakinya dan berdiri.

"Sepertinya aku harus pergi."

"Di luar masih hujan dan aku rasa kau tidak tahu akan kemana, kan?"

Gadis itu menarik nafas dan mengangguk.

"Kau bisa tetap disini jika kau mau."

Lanjutnya lagi; seakan mengerti dengan arti diamnya Hye Ri.

"Kau tinggal sendiri?"

Hye Ri kembali duduk di tempat tidur Kyuhyun dan memperhatikan kedua kakinya.

"Ya. Jika tidak, aku tidak mungkin menawarkan bantuan ini."

Kyuhyun berdiri dan menuju pintu.

"Istirahatlah. Aku ada di luar jika kau membutuhkan sesuatu."

Ucapnya sebelum keluar dan menutup pintu dengan pelan.

~

"Hey. Kau ingat kan jika besok kita ada ujian?"

"Hm."

"Bagaimana jika kita belajar bersama? Di tempatmu."

"Hm."

"Baiklah."

Tunggu. Di tempatku?

"Ah, Ryeowook-ah."

"Ya?"

"Sepertinya kita tidak bisa belajar bersama. Di apartemenku."

"Karena?'

"Karena..."

Ryeowook mengalihkan perhatian dari buku ke Kyuhyun.

Menatapnya curiga.

"Apa? Jangan berpikiran macam-macam."

"Kau yang membuatku berpikir seperti itu."

"Aku hanya ada janji bersama seseorang hari ini."

"Benarkah? Seorang gadis?"

Kyuhyun hampir menjatuhkan ponsel di tangannya.

Pria di sampingnya itu tidak cukup bodoh ternyata.

"Bukan."

"Benarkah?"

"Diamlah."

Tangannya menunjuk seorang guru yang masuk ke kelas. Alasan meminta Ryeowook untuk diam.

~

"Hey, aku sudah memasak sesuatu. Ayo makan malam."

Kyuhyun yang masih berkutat dengan bukunya segera berdiri dan menghampiri Hye Ri di dapur.

Sudah hampir seminggu gadis itu tinggal di tempatnya.

Dan beruntung, tidak ada yang tahu tentang itu. Baik Ryeowook maupun keluarganya.

Entah bagaimana jadinya jika mereka tahu. Dia tidak mungkin mengusir Hye Ri, kan?

Dia bahkan belum berani bertanya lebih lanjut tentang gadis itu. Hanya nama yang ia ketahui.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Ha? Tidak. Hanya ujian besok."

Hye Ri menyendokkan potongan ikan dan meletakkannya ke atas mangkuk Kyuhyun.

"Kau pasti bisa. Aku lihat kau cukup pintar."

"Aku tidak hanya cukup pintar. Tapi sangat pintar. Kau harus bisa membedakannya."

"Astaga. Kau memiliki sifat narsis juga ternyata."

"Semua orang harus memiliknya."

Gadis itu hanya mengangguk sebagai respon.

Sedang Kyuhyun masih sibuk mengaduk-aduk makanannya.

Ada sesuatu yang mengganjal dan ingin ia katakan. Hanya saja, dia ragu dengan reaksi gadis itu nanti.

"Hye?"

"Ya."

Ayo mencoba.

"Boleh aku tahu tentangmu? Maksudku, aku tidak ingin hanya tahu namamu saja."

Gadis itu menghentikan gerakan tangannya lalu menatapnya dingin.

"Selesaikan dulu makanmu."

~

"Aku hidup bersama paman dan bibiku. Orang tuaku sudah meninggal delapan tahun yang lalu. Aku memiliki seorang adik, berusia 14 tahun. Hari itu, saat kita bertemu, adikku mengalami kecelakaan saat bersama pamanku dan dia meninggal. Antara merasa marah dan sedih aku meninggalkan rumah mereka. Aku terus pergi menjauh dan buruknya aku bertemu beberapa pria mabuk yang hendak berbuat buruk padaku. Aku lari kemanapun dan sejauh yang aku bisa, hingga aku sampai di sekolahmu. Aku mencari ruangan yang tidak terkunci untuk sembunyi."

"Dan kau menemukan ruang biologi."

"Ya, benar."

Kyuhyun memperhatikan Hye Ri yang terus menunduk dan bermain dengan jarinya.

"Baiklah. Itu sudah cukup, setidaknya aku tahu apa yang membuatmu tiba-tiba muncul di sekolahanku hari itu."

"Maaf. Aku tahu kau pasti merasa tidak nyaman karena membiarkan orang asing tinggal di tempatmu."

"Tidak. Bukan begitu. Aku justru merasa takut jika kau yang tidak nyaman di sini."

"Terima kasih."

Kyuhyun mengangguk dan hendak menepuk pundak Hye Ri; membuatnya nyaman.

Sebelum suara doorbell berbunyi.

"Ada tamu."

"Tunggu sebentar."

Belum sempat Kyuhyun beralih dari sofanya, dia sudah mendengar suara passcode yang dimasukan lalu disusul oleh suara pintu yang terbuka.

Membuatnya terperanjat panik.

Tidak ada yang tahu passcode apartemennya kecuali keluarganya dan juga Ryeowook. Dan jika benar salah satu dari mereka yang datang, habislah dia.

"Hye, bisa kau pergi ke kamarku sekarang? Aku rasa tidak baik jika tamu itu-."

Sialnya. Bahkan belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Hye Ri sudah terdiam memandang seseorang yang berdiri beberapa langkah di belakang Kyuhyun sana.

"Kyu?"

Membuat Kyuhyun ikut menoleh dan menatapnya.

"Ryeowook."

~

"Kau yakin kau tidak sedang berbohong padaku?"

"Untuk apa? Bukankah kau tahu jika aku benar-benar tertahan di sekolah hari itu?"

"Aku tahu. Hanya saja, penjelasanmu sedikit tidak masuk akal. Bagaimana bisa kau bertemu gadis asing di ruang lab biologi di jam itu? Dia bahkan bukan murid dari sekolah kita, kan?"

"Sudah ku katakan, kan? Dia hanya mencari tempat berteduh di sekolah."

Ryeowook memperhatikan Hye Ri yang datang dan meletakkan segelas minuman hangat untuknya.

Lalu menunggu hingga gadis itu berlalu menjauh.

"Kau yakin dia bukan buronan? Atau, bukan gadis yang baik mungkin? Kau bisa mendapatkan masalah nanti. Bagaimana jika orang tuamu atau Ahra tahu tentang ini?"

"Aku hanya ingin menolongnya. Aku tidak sempat berpikiran buruk tentangnya."

Kyuhyun mengusap kasar wajahnya dan menarik nafas dalam.

Dia tahu cepat atau lambat keberadaan gadis itu akan diketahui. Dan melihat reaksi Ryeowook sekarang, dia bersyukur bukan salah satu dari keluarganya yang datang.

"Aku tidak menyangka kau sebaik itu."

"Sudahlah, jangan menggodaku."

Kyuhyun menyerahkan buka catatannya; alasan kenapa Ryeowook datang.

"Dan cepatlah pergi."

"Sebentar. Kau tidur dalam satu kamar dengannya?"

"Tidak, bodoh. Aku tidur di sofa."

"Wow. Benarkah?"

Ryeowook mengeratkan coatnya dan menatap Kyuhyun sekali lagi.

"Kau tahu masalah apa yang akan datang jika gadis itu masih disini. Entah dari keluargamu atau masalah darinya."

"Aku tahu. Jangan mengajariku."

Kyuhyun mendorong Ryeowook agar segera meninggalkan apartemennya.

Ucapan pria itu bukan membuatnya tenang dan merasa mendapat dukungan, tapi justru memojokkannya.

"Temanmu sudah pergi?"

Dan Hye Ri yang keluar dari kamar membuatnya kembali mengingat semua perkataan Ryeowook.

Akan ada masalah yang datang karena gadis ini. Itu pasti. Sekarang pertanyaannya apakah dia siap dengan apa yang akan datang?

"Ya. Dia hanya ingin meminjam buku catatan milikku."

Hye Ri mengangguk dan berniat kembali ke kamar Kyuhyun. Sebelum gadis itu berbalik dan kembali menatapnya.

"Aku rasa perkataan temanmu benar. Aku akan mendatangkan masalah jika tetap disini. Apa sebaiknya aku pergi saja?"

Sialan. Aku akan menghabisi Ryeowook besok karena perkataannya.

~

"Sudahlah. Kau sudah kalah berkali-kali. Menyerah saja."

Kyuhyun berbicara dengan tatapan masih mengarah ke layar tv yang ia gunakan untuk bermain game.

Sementara Hye Ri, walau sedikit kesulitan mengikuti cara bermain Kyuhyun, masih berusaha mengendalikan karakternya menggunakan stick game.

"Tidak akan. Aku harus mengalahkanmu setidaknya sekali."

"Baiklah. Jika kau bersikeras."

Kyuhyun hanya tersenyum tipis dan kembali fokus ke game. Dan selang beberapa menit kejadian itu kembali terulang; dia menang dengan skor jauh lebih tinggi dari Hye Ri.

"Bagaimana? Puas?"

"Haish!"

Hye Ri melemparkan bantal sofa yang ia pangku ke arah Kyuhyun dan membuat pria itu tertawa.

"Sudah ku katakan, tidak ada yang bisa mengalahkanku dalam hal game. Kenapa masih saja tidak mau menyerah?"

"Aku tidak ingin kalah begitu saja tanpa sempat mencoba."

"Baiklah. Aku tahu. Wanita akan selalu tidak mau mengalah."

Kyuhyun beranjak berdiri dan pergi ke dapur. Tampak mencari sesuatu dari dalam lemari pendingin.

"Sepertinya aku harus belanja. Kau ikut?"

"Ya."

~

"Ada lagi yang kau perlukan?"

Kyuhyun memasukkan beberapa kaleng minuman ke keranjang belanja dan membantu Hye Ri mendorongnya.

"Tidak ada. Semua sudah cukup."

"Baiklah. Kau tunggu saja di luar. Aku akan membawanya ke kasir."

Hye Ri mengangguk dan berlalu keluar dari minimarket yang berada tidak jauh dari apartemen Kyuhyun.

Dia mengusapkan kedua tangan; menghangatkannya.

Pandangannya mengitari keadaan sekitar. Rumah-rumah serta beberapa toko. Tidak ada gedung tinggi di sisi ini, kecuali di sisi lain gedung apartemen Kyuhyun.

Pandangannya akhirnya berhenti di sebuah mobil yang terparkir di seberang jalan.

Tubuhnya tegang dan nafasnya cekat. Dia tahu mobil siapa itu dan dia tahu kenapa mobil itu ada di sana.

Apa dia menemukannya? Setelah seminggu ini?

Tubuhnya semakin kaku saat melihat pintu mobil yang terbuka dan memperlihatkan seorang pria berkacamata hitam turun dari sana.

Menatapnya. Tepat.

Langkah pria itu mengarah ke tempatnya. Dan walaupun dia berdoa dengan sepenuh hati agar pria itu hanya halusinasinya, toh bayangan pria itu tidak menghilang dan justru semakin dekat.

Membuatnya sigap berdiri dan segera berbalik guna menghindar.

Dan membuatnya menabrak Kyuhyun yang baru saja keluar dengan barang belanjaannya.

"Hey. Ada apa?"

"Cho. Kita pulang sekarang. Cepat!"

Gadis itu mengambil beberapa kantong belanjaan di tangan Kyuhyun dan berjalan mendahului pria itu ke arah yang berlawanan dengan pria berkacamata hitam tadi.

Tidak memperhatikan Kyuhyun yang masih terdiam dan menatapnya heran.

~

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kyuhyun sudah beberapa kali menguap dan hampir membenturkan kepalanya ke lampu belajar.

Matanya masih terus memperhatikan coretan-coretan di buku catatan. Sesekali menatap Hye Ri yang tidur di ranjangnya.

"Baiklah. Satu bab lagi. Semangat."

Menyemangati diri sendiri.

Kyuhyun membuka lembar demi lembar bukunya, dan terhenti saat ponselnya bergetar.

Panggilan masuk.

"Nomor siapa ini?"

Dari nomor yang tidak dikenal. Ryeowook kah? Pria itu suka menganggunya dengan beberapa pertanyaan tentang pelajaran. Tapi untuk apa sahabatnya itu menghubunginya menggunakan nomor yang berbeda?

Tidak ingin menunggu lama, Kyuhyun menggeser layar hijau di benda itu.

"Halo."

"Halo? Ini siapa?"

Tidak ada sahutan.

Kyuhyun menatap ponselnya, memastikan jika panggilan itu masih tersambung.

"Halo?"

Sekali lagi. Tidak ada jawaban. Dia ingin menutupnya, tapi kenapa ia merasa ada yang penting dari panggilan ini?

"Kau tahu?"

Suara seorang pria.

"Kau tahu siapa gadis yang ada di tempatmu sekarang? Apa kau tahu asalnya? Atau bahkan mungkin kau tidak tahu nama sebenarnya?"

Kenapa tiba-tiba pria itu membahas Hye Ri? Siapa dia?

"Siapa kau?"

Apa dia mengenal Hye Ri.

"Tidak perlu tahu siapa aku. Kau hanya perlu tahu siapa gadis yang sedang tidur di tempat tidurmu itu."

Kyuhyun menoleh dan memandang Hye Ri yang dengan tenang bergelut dengan selimutnya.

"Memangnya kau mengenalnya?"

"Aku?"

Terdengar suara berisik di seberang sana lalu diikuti suara tertawa dari pria itu.

"Aku sangat mengenalnya. Begitupun dengannya. Jadi aku harap kau mengembalikan gadis itu ke tempat yang seharusnya."

"Tempat yang seharusnya?"

"Tanyakan pada gadis asingmu itu."

Dan suara panggilan ditutup menyapa pendengarannya.

Kyuhyun dengan ragu meletakan ponsel dan menatap Hye Ri sekali lagi.

Siapa gadis itu sebenarnya? Dan bagaimana bisa pria tadi tahu jika Hye Ri ada bersamanya?

Apakah yang dikatakan Ryeowook benar? Apa gadis itu bukan gadis baik-baik? Atau bahkan seorang kriminal?

Tidak, Cho Kyuhyun. Enyahkan pikiran burukmu. Kau sudah bersamanya selama beberapa hari. Kau cukup pintar untuk menilai jika gadis itu baik atau tidak.

Dan bukankah dia tampak tidak memiliki cela sedikitpun? Di depanmu, setidaknya.

~

Kyuhyun membolak-balik lembar laporan di depannya. Tugas yang harus ia selesaikan malam ini jika tidak ingin mendapat masalah dari guru yang cukup ditakuti oleh dirinya dan teman-temannya besok.

Dia terus memeriksa dan mengganti beberapa bagian yang menurutnya salah atau tidak sempurna. Dan bibirnya terus menggumamkan lirik lagu yang terdengar dari earphone yang terpasang di kedua telinganya.

Hanya sedikit lagi. Setelah ini dia bisa makan malam lalu istirahat.

Kyuhyun sedikit tersentak saat mendapat tepukkan di pundaknya. Hye Ri cukup mengejutkannya kali ini.

"Bisakah kau tidak mengejutkanku, Hye?"

Dia memasang wajah kesal dan membalik kursi berputarnya. Lalu mendapati jika gadis yang ia sebut namanya tadi memandangnya khawatir di ambang pintu.

Dan dengan perasaan tidak nyaman -sekaligus berdoa di dalam hati- Kyuhyun mengarahkan pandangan pada sosok yang berdiri tepat di depannya.

Pelaku penepukkan pundaknya tadi.

Sial.

"Nuna."

~

Sepertinya ini pertama kalinya dia merasa tidak aman saat mendapati tatapan tajam Ahra. Biasanya apapun yang wanita itu lakukan, tidak terlalu mempengaruhinya.

"Jadi kau ingin menjelaskan apa yang terjadi?"

Ucapannya bahkan membuatnya merinding.

"Kenapa tidak memberitahuku jika kau ingin kemari?"

"Agar kau bisa menyembunyikan kekasihmu ini?"

Kyuhyun dan Hye Ri sontak menatap Ahra; tidak percaya.

"Dia bukan kekasihku."

"Bukan kekasihmu tapi tinggal bersamamu? Itu lebih parah."

Kyuhyun menatap Hye Ri yang kembali menunduk, gadis itu pasti merasa terintimidasi.

"Aku menolongnya. Saat itu dia pingsan di depanku. Kau tidak mengajariku untuk membiarkan seseorang kesulitan tanpa membantunya, kan?"

Ahra memberikan tatapan 'jangan menggunakan nasehatku untuk menyerangku'.

"Tapi hingga membiarkannya tinggal disini tidak cukup masuk akal jika hanya karena alasan 'untuk membantu', Cho Kyuhyun."

"Dia sedang bermasalah dengan keluarganya. Aku hanya memberinya tempat berteduh untuk beberapa saat."

"Tempat berteduh? Juga pakaian? Apalagi yang kau bagi dengannya?"

Perkataan Ahra semakin tajam saat menyadari jika Hye Ri mengenakan kaos longgar milik Kyuhyun.

"Nuna!"

Hye Ri merasakan pasokan udaranya semakin menipis. Dia sudah merasa bersalah karena Kyuhyun rela memberinya tempat tinggal bahkan menyembunyikannya dari teman serta keluarga pria itu.

Tapi bukan ini yang ia inginkan. Mendengar Kyuhyun bersikeras dengan kakaknya sendiri. Pengaruh buruk apa yang sudah ia berikan untuk pria itu?

"Aku tahu kau selalu percaya padaku. Jadi bisakah kali ini kau membantuku? Kali ini saja?"

"Jangan sampai jika aku kembali kemari nanti dia masih ada disini."

Ahra berdiri dan berlalu pergi. Keluar dari apartemen sang adik.

Walau sedikit menyesali perkataannya tapi dia hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Kyuhyun. Membiarkan orang asing -terutama seorang wanita- tinggal bersamanya saja sudah cukup buruk, apalagi jika nanti muncul masalah lain.

~

"Pagi."

"Hm."

Kyuhyun duduk di meja makan dan sibuk menggunakan dasinya.

Lalu memperhatikan Hye Ri yang tengah menyiapkan sarapan.

"Maaf soal tadi malam."

"Aku sudah melupakannya."

"Dia selalu seperti itu. Sedikit ketus pada orang asing tapi jika kau sudah mengenalnya, dia akan sangat baik."

"Aku tahu. Dia memang terlihat seperti itu."

Hye Ri meletakkan sepiring nasi goreng ke hadapan Kyuhyun.

"Jangan memikirkannya. Aku tidak apa."

"Ya. Aku tahu."

Kyuhyun mulai menyantap sarapannya dan sesekali memperhatikan Hye Ri.

Dia teringat telepon dari pria misterius beberapa hari yang lalu. Walaupun pria itu tidak lagi menghubunginya, tapi dia masih memikirkan setiap kata yang pria itu ucapkan.

Juga tentang perkataan Ahra. Wanita itu bisa nekat dan mengatakan sesuatu tentang Hye Ri pada orang tua mereka. Akan membuat masalah baru nantinya.

"Habiskan makanmu cepat. Kau akan terlambat nanti."

Hye Ri yang memahami perasaan Kyuhyun menjadi sedikit merasa bersalah. Tapi juga bingung dengan apa yang akan ia lakukan.

Dia benar-benar sangat memerlukan bantuan Kyuhyun. Sangat. Dia tidak memilik tempat tujuan lain.

"Aku ada kelas tambahan hari ini, jadi mungkin aku akan pulang terlambat. Jika ada yang datang jangan bukakan pintu. Mengerti?"

"Aku mengerti."

Kyuhyun melirik jam di pergelangan tangannya dan meraih tas miliknya di sofa.

"Aku pergi. Hati-hati disini."

"Ya."

~

Pukul 7 malam. Itu yang tampak di jam tangannya. Sebegitu lamanya kah kelas tambahannya tadi?

Kyuhyun mengacak rambutnya lalu melepas sepatu dan meletakkannya ke rak. Meletakkan tasnya ke atas sofa dan memegang erat kotak makanan yang baru saja ia beli.

Berjalan ke dapur; berniat menemukan Hye Ri. Sayangnya gadis itu tidak ada disana, juga tidak ada di kamar.

Apartemennya tidak begitu besar, dimana tempat lain yang bisa gadis itu diami jika bukan ruang tamu, dapur dan kamar?

Balkon.

Kyuhyun melepas dasinya dan berjalan menuju balkon. Dan benar saja, dia menemukan Hye Ri tertidur di bangku panjang yang ada disana.

"Hey."

Dia mencoba menyentuh pelan lengan Hye Ri dan berhasil mengusik gadis itu.

"Hai. Kau sudah pulang?"

"Hm. Maaf membuatmu sendirian."

Hye Ri mengangguk, mengusap pelan wajahnya lalu merapikan rambutnya yang berantakan.

"Kau sudah makan malam? Aku membeli ini."

Dia menunjukkan kotak makanan.

"Sudah. Kau saja yang makan."

Hye Ri meraih tangan Kyuhyun dan melipat lengan kemejanya.

"Apa kau memang sengaja memilih apartemen disini? Lingkungannya tidak terlalu ramai. Tidak padat."

"Hm. Aku tidak terlalu suka keramaian
"

Kyuhyun menyumpitkan potongan daging dan menyuapkannya ke Hye Ri.

"Pantas."

"Aku merasa tenang dan nyaman. Bahkan saat hanya duduk diam di balkon ini."

Kyuhyun menutup kotak makanannya setelah beberapa suap. Perutnya sudah cukup kenyang sekarang.

"Pasti menyenangkan jika kau bisa melihat ini setiap malam. Bintang dan juga pemandangan indah di sekitar."

"Kau bisa melihatnya setiap malam, jika kau mau."

Kyuhyun menyandarkan tubuhnya dan menatap apa yang ada di depannya.

"Aku mau tapi sepertinya aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Hanya tidak bisa. Itu saja."

Kyuhyun menggerakan tangan dan meraih tangan Hye Ri dengan pandangan masih mengarah ke depan.

"Jika aku memintamu tinggal, apa kau juga tidak bisa?"

"Kau tidak akan ingin aku tinggal."

"Aku ingin."

"Benarkah?"

Kyuhyun membalas tatapan Hye Ri.

"Kau sudah berada disini beberapa hari. Jika kau ingin tetap disini, kenapa tidak?"

"Orang-orang akan menentangnya."

"Orang-orang di sampingku?"

"Juga di sampingku."

"Aku rasa aku tidak cukup peduli dengan itu."

Kyuhyun mengangkat tangannya yang mengait tangan Hye Ri. Menatapnya sebentar lalu menariknya agar dapat mencium tangan gadis itu.

"Aku juga ingin untuk tidak peduli. Sayangnya tidak bisa."

Hye Ri mendekat dan membuat Kyuhyun membuka tangannya dan membiarkannya bersandar di tubuh hangat Kyuhyun.

"Aku sudah cukup merasa sangat bahagia karena bisa mengenalmu."

"Lalu kau akan melakukan itu? Datang tiba-tiba ke hidupku dan juga pergi secara tiba-tiba?"

"Jika aku mengatakan karena tidak ada pilihan lain, apa kau akan memahami kenapa aku pergi?"

"Tidak. Tidak ada alasan untukmu pergi."

"Ada, Cho. Kau saja yang tidak tahu."

Hye Ri mendekatkan telinganya, mendengar detak jantung Kyuhyun yang membuatnya nyaman.

"Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu. Aku hanya ingin kau tetap disampingku."

Ucapannya membuat Hye Ri tersenyum. Senang menyadari ada orang yang menginginkannya selalu di sampingnya.

"Baiklah. Jika kau memang menginginkannya."

Kyuhyun menggunakan tangan kanan untuk bantal sedang tangan kirinya memeluk hangat Hye Ri.

~

Seperti biasa. Kegiatannya selalu sama. Bangun awal, berbincang sebentar dengan Hye Ri saat sarapan dan pergi ke sekolah.

Mengikuti pelajaran, menanggapi ocehan Ryeowook, makan siang atau ke perpustakaan jika di perlukan. Lalu kemudian jam pulang. Selalu seperti itu.

"Kau masih menggunakan taksi?"

"Kau tahu mobilku masih dalam perbaikan."

"Kalau begitu ikut denganku saja."

Kyuhyun terdiam dan menatap Ryeowook yang sibuk mencari kunci mobilnya.

"Aku hanya mengantarmu sampai ke gedung apartemen kan? Bukan sampai ke pintu apartemenmu. Jangan khawatir."

Kyuhyun hanya mendengus dan mengitari mobil lalu masuk dan duduk di samping Ryeowook.

"Dia masih tinggal bersamamu?"

"Hm."

"Sampai kapan?"

"Entahlah."

"Kau tidak berniat memintanya pergi?"

Ryeowook menjalankan mobil dan membawanya keluar dari area sekolah.

"Aku tidak sekejam itu."

"Dan dia seharusnya juga tidak sekejam itu dengan memanfaatkanmu."

"Bisakah kau tidak membicarakan ini? Dan lagipula sejak kapan kau berubah jadi cerewet seperti itu?"

"Aku hanya peduli padamu."

"Terserahlah."

Kyuhyun mengalihkan pandangan pada jalanan dan tampak menarik nafas dengan pelan. Kenapa semakin lama orang-orang disekitarnya semakin memojokkannya.

Bukankah mereka juga tahu apa tujuannya membiarkan Hye Ri tinggal? Hanya membantu, kan? Tidak lebih.

Tapi mereka seakan terus berpendapat buruk tentang Hye Ri. Hanya karena mereka tidak tahu asal usul gadis itu.

"Hey, bukankah itu Hye Ri?"

Ryeowook menghentikan mobilnya di depan sebuah taman bermain yang berjarak sekitar satu blok dari apartemen Kyuhyun.

Kyuhyun yang mengikuti arah pandangan Ryeowook mendapati Hye Ri yang menggunakan jaket miliknya sedang berbincang dengan seorang pria.

Hye Ri tampak tidak suka berbincang dengan pria itu, tapi saat dia ingin menjauh pria itu justru menahan dan menarik tangannya.

"Siapa pria itu?"

Tanpa merespon pertanyaan Ryeowook, Kyuhyun segera turun dari mobil dan bergegas mendekati Hye Ri.

"Hey. Ada apa?"

Dan saat kedua orang itu menatapnya, ada sedikit raut terkejut. Yang kemudian hilang dengan cepat di wajah pria asing di samping Hye Ri itu.

Sementara Hye Ri, hanya menunduk dan tampak mengambil langkah mendekat ke Kyuhyun.

"Boleh aku tahu kau siapa?"

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu? Gadis di sampingmu itu milikku."

Kyuhyun menoleh dan mendapati wajah panik Hye Ri.

"Memangnya kau siapa? Kekasihnya? Suaminya?"

"Lebih tepatnya satu-satunya orang yang dia miliki."

"Aku rasa itu tidak benar, melihat reaksinya yang tampak menghindarimu."

"Aku rasa kau yang akan menjauhinya jika tahu siapa Hye Na sebenarnya."

"Hye Na?"

"Wow. Jangan bilang dia tidak memberitahu namanya. Atau dia memberimu nama palsu?"

Kyuhyun semakin tegang dan memandang Hye Ri lagi. Ingin membuat gadis itu menatapnya.

"Kau membohongiku?"

"Tidak. Tidak, Cho."

Hye Ri yang bahkan tidak berani membalas tatapannya, menyentuh lengan Kyuhyun agar pria itu tidak menjauhinya.

"Baiklah, aku akan menyelesaikan ini semua. Aku pemilik sebuah club dan gadis cantik ini bekerja disana. Aku rasa kau tahu kan pekerjaan apa yang ku maksud? Dia harta karunku dan tidak akan aku biarkan dia pergi atau orang lain merebutnya."

Kyuhyun menggeleng, bahkan senyum kecil pria itu membuatnya semakin kesal.

Benarkah ini? Gadis di sampingnya ini gadis seperti itu? Lalu kenapa selama ini dia bersikap sebagai gadis polos yang tidak tahu apa-apa?

"Dia tampak polos dan sempurna kan? Itu yang membuat banyak pria menginginkannya. Dan aku rasa dia menggunakan cara itu juga untuk memikatmu"

Pria itu kembali tersenyum saat mendapati Kyuhyun melepaskan kaitan tangan Hye Ri di lengannya.

Membuat gadis itu menatapnya dan berniat mendekat dengan air mata berlinang.

Sedang Kyuhyun, menatapnya tidak percaya dan menggeleng. Menolak Hye Ri mendekat atau bahkan menolak gadis itu menatapnya.

"Benar kan? Sekarang kau yang menjauhinya. Kau pasti sekarang merasa benci dengan tatapannya."

Pria itu mendekat, mencengkeram lengan Hye Ri dan menariknya. Tidak peduli dengan rontaan gadis itu.

Hye Ri yang masih berusaha menggapai Kyuhyun dan meminta pertolongan hanya mendapat tatapan dingin Kyuhyun yang tidak lama. Karena pria itu sudah pergi menjauh.

Menjauh dan tidak melihatnya lagi. Bahkan menghiraukan panggilan darinya.

Kyuhyun segera masuk ke mobil Ryeowook yang masih menunggunya dan hanya menatap sahabatnya itu dengan dingin. Meminta agar dia menjalankan mobil.

Ryeowook walau dengan berat hati dan rasa penasaran, menyalakan mobil dan menjalankannya. Dia sempat melihat Hye Ri yang terus meronta dan dipaksa masuk ke dalam mobil pria asing itu.

"Apa yang terjadi?"

Dia dengan hati-hati bertanya dan justru merasakan aura buruk semakin membuatnya merinding.

Baiklah. Dia tahu. Sahabatnya itu tengah murka saat ini. Jelas ada hal besar yang terjadi di antaranya dan Hye Ri.

Dan bahkan hingga mobilnya sampai di apartemen Kyuhyun, pria itu tanpa kata turun dari mobil dan segera masuk ke gedung. Meninggalkan Ryeowook menahan semua kata yang ingin ia ucapkan.

~

"Gadis itu sudah pergi?"

Pertanyaan Ahra membuat Kyuhyun sontak menghentikan gerakan tangannya. Pria itu tampak menarik nafas dan meletakkan sendoknya.

"Bisakah kau tidak membahasnya?"

Dan memilih menjauh dari dapur dan sang kakak, memilih untuk kembali mengurung diri di kamarnya.

Sudah dua minggu, sejak Hye Ri pergi atau lebih tepatnya sejak Kyuhyun secara tidak langsung meminta gadis itu menjauh.

Terkadang merasa bodoh karena bersedia membantu gadis itu dulu. Benar yang mereka katakan, gadis asing sepertinya pasti bermasalah atau akan mendatangkan masalah.

Tapi anehnya, dia benar-benar merasa berbeda sekarang. Kyuhyun saat belum bertemu Hye Ri, lalu saat bersamanya dan saat Hye Ri tidak ada tampak berbeda.

Hye Ri sepertinya memberi pengaruh untuknya. Dulu dia bahkan lebih memilih untuk tinggal di apartemen agar bisa sendiri, tapi setelah bersama Hye Ri dan saat kembali sendirian di apartemen, dia merasakan kekosongan itu. Seakan-akan kehadiran Ryeowook atau Ahra sama sekali tidak bisa membandingi kebahagaiaannya saat bersama Hye Ri.

Konyol? Sangat. Kenapa dia harus membiarkan pria asing itu membawa Hye Ri pergi jika pada akhirnya dia merindukan gadis itu.

"Hey!"

Kyuhyun yang merebahkan tubuh di tempat tidur mendapat lemparan jaket oleh Ahra.

"Nuna!"

"Aku memanggilmu sedari tadi. Kau punya telinga atau tidak?"

"Apa? Memangnya kau ingin apa?"

"Apa dia sebegitu berharganya sampai kau bersikap seperti ini karena dia pergi?"

"Apa yang kau bicarakan? Bukankah kau memperingatkanku agar dia sudah pergi saat kau datang kemari? Dia sudah pergi sekarang."

"Bukan seperti itu, bodoh. Kau tampak sangat murung dan aku tahu jika itu karena gadis asing itu."

"Berhenti menyebutnya 'gadis asing'!"

"Aku kan tidak tahu namanya. Lagipula haruskah kau bicara dengan nada setinggi itu?"

"Terlihat sekali jika kau memang tertarik dengannya."

Dan dengan satu kalimat penuh nada sinis itu, Ahra keluar dan menutup pintu kamar.

Membiarkan sang adik mengusap wajah kasar dan kembali bingung dengan pikirannya.

~

Kyuhyun mendengus kesal dan memilih memasang earphone lalu menatap ponsel. Sengaja ingin menghiraukan Ryeowook yang tampak excited di sampingnya.

Pria itu terus membandingkan kertas ujiannya dan milik Kyuhyun. Ujian Matematika. Dengan nilai yang berbeda tentu saja.

Tapi bukan kertas ujian Kyuhyun yang tertera angka 100 seperti biasanya, melainkan hanya angka 60.

Dan Ryeowook yang memang tidak sebaik Kyuhyun, sedari tadi memeriksa jika jawaban Kyuhyun tidak salah dan dia seharusnya mendapat nilai lebih dari itu.

Tapi sepertinya, nilai itu memang benar. Bahkan rumus yang biasanya sangat mudah Kyuhyun selesaikan, justru menjadi sumber kesalahannya kali ini.

Dan tentu saja Ryeowook tahu jika Kyuhyun bukannya tidak belajar dan lupa dengan rumus. Karena walau pria itu sama sekali tidak menyentuh buku catatan sebelum ujian, nilai 100 akan tetap muncul di kertasnya.

Sudah pasti pria itu kehilangan semangatnya dan jadi tidak peduli dengan rentetan soal di ujian. Seorang Cho Kyuhyun jika sudah kehilangan minat, hal sepenting apapun tidak akan berpengaruh padanya.

"Kau memikirkan Hye Ri?"

"Kau pasti sangat merindukannya sampai-sampai kau tidak peduli dengan hal lain."

"Aku yakin guru kita pun akan terkejut dengan nilaimu kali ini."

"Mata pelajaran apa lagi yang ingin kau jatuhkan nilainya?"

Ryeowook terus mengoceh seraya membalik lembar-lembar bukunya.

Dia tahu jika kali ini Kyuhyun hanya memasang earphone tanpa memutar lagu apapun. Tentu saja pria itu akan mendengar apapun yang ia katakan.

"Aku bukannya bersikap plin plan dengan mengatakan dia mungkin gadis tidak baik lalu sekarang aku seakan mengatakan kau bodoh karena melepasnya."

"Tapi melihat sikapmu belakangan ini, aku merasa memang salah keputusanmu melepasnya. Lagipula kau tidak mungkin tertarik jika Hye Ri tidak sebaik itu, kan?"

Ryeowook menoleh dan melihat Kyuhyun. Pria itu hanya diam dan memandang lurus ke depan, tanpa kata.

"Kau bingung dengan dirimu. Bingung dengan pilihan apa yang akan kau ambil. Itu sedikit aneh, karena yang ku tahu seorang Cho Kyuhyun cukup pintar untuk menentukan keputusan mana yang seharusnya dia ambil."

Ryeowook menutup bukunya dan berdiri, berjalan keluar kelas.

Kyuhyun melepas earphone dan meletakkanya ke atas meja. Pria itu berdiri lalu berjalan ke salah satu meja di sudut kelas, mendekati seorang pria yang tengah tertidur disana.

Dia lalu menggebrak meja dan berhasil mengejutkan pria itu.

"YA!!!"

Kyuhyun yang tampak tidak peduli dengan pria yang tampak sangat-sangat terkejut itu mengambil tempat disampingnya.

"Carikan aku seorang gadis."

Cukup untuk memberikan kejutan level kedua untuknya.

"Tunggu. Gadis? Maksudmu seorang gadis?"

"Kau tidak tuli, Lee Hyukjae."

"Kau yang membuatku tuli. Lagipula sejak kapan seorang Cho Kyuhyun tertarik dengan hal seperti itu?"

"Carikan saja. Akan aku beritahu gadis seperti apa yang aku inginkan."

Kyuhyun berdiri dan kembali ke mejanya. Meninggalkan Hyukjae yang menggaruk lehernya singkat dan kemudian memilih untuk tidak peduli dan kembali tidur.

~

"Ada satu gadis yang cocok denganmu. Tapi kau tahu, harganya akan sangat mahal. Aku akan mengirim alamat tempatnya jika kau mau."

"Cepat saja."

Kyuhyun mematikan ponsel dan meraih coat di kursi belajarnya lalu segera keluar dari apartemen.

Sepertinya tidak salah dia meminta bantuan seorang Lee Hyukjae. Pria itu terkenal dengan kegiatannya yang selalu pergi ke club dan bar lalu 'bermain' dengan banyak gadis.

Dan tentu saja, kau bisa mendapatkan gadis seperti apapun yang kau inginkan darinya.

Kyuhyun membaca sekali lagi pesan dari Hyukjae. Entahlah, dia seakan tidak peduli dengan hal lain sekarang. Dia hanya ingin melakukan ini, tidak peduli apapun pendapat orang-orang disekitarnya nanti.

Toh ini hidupnya, dia yang menjalaninya. Berarti dia yang berhak memilih keputusan apa yang akan dia ambil.

Mobilnya memasuki parkiran bawah tanah sebuah gedung hotel. Kyuhyun turun dan kembali mengeratkan coatnya. Dia lalu masuk ke lift dan naik ke lantai yang ia tuju.

Kamar nomor 304.

Kyuhyun mengetuk pintu kamar hotel itu dan menunggu. Hingga seorang pria membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. Pria itu lalu tampak keluar dari kamar.

Kyuhyun mengedarkan pandangan. Hotel yang cukup mewah. Pantas saja dia harus membayar mahal untuk ini.

Tapi dimana gadis itu?

Dia membuka pintu kamar mandi, kosong.

Matanya lalu menatap tirai yang mengarah ke balkon bergerak seakan tertiup angin. Sepertinya pintu ke balkon terbuka.

Dia pun berjalan mendekat, menyingkap tirai berwarna peach itu.Dan mendapati seorang gadis yang tengah memunggunginya; melihat pemandangan.

Tubuh semampai, rambut sedikit pirang, dengan pakaian yang terbilang sedikit menggoda. Angin bahkan cukup menusuk dan dia berdiri di sana dengan pakaian seperti itu?

Kyuhyun berjalan mendekat dan dengan pelan mendekap tubuh gadis itu dari belakang. Berhasil membuatnya sedikit terkejut. Tubuhnya sempat menegang tapi kemudian dia terlihat berusaha untuk santai.

"Selamat malam."

Kyuhyun tidak merespon dan hanya menggumam. Tangannya turun dan melingkar di perut gadis itu; mendekapnya lebih erat. Sebutlah saja sebagai pelampiasan.

Tapi tampak ada sedikit gerakan penolakkan.

"Maaf. Tapi aku harus memastikan kau membayarku dulu."

Sebelum melakukannya.

Kyuhyun menarik nafas dalam. Seakan lupa dengan situasi sekarang.

Dia melonggarkan sedikit dekapannya.

"Aku akan membayar bukan untuk menikmati tubuhmu. Tapi aku akan membayar agar kau menatapku sekarang."

Suara beratnya berhasil membuat tubuh gadis itu kembali menegang. Dan dengan perlahan dia melepas kaitan tangan Kyuhyun di perutnya dan memutar tubuhnya.

Menatap; guna memastikan siapa pria yang menyewanya malam ini.

"Apa aku harus membayarmu juga agar kau mau kembali ke apartemenku? Tidur di ranjangku dan membuatku harus tidur di sofa?"

Kyuhyun berniat menyentuh wajah Hye Ri tapi gadis itu menjauhkan wajah. Dan menunduk.

"Kenapa? Kenapa kau kemari?"

"Sama seperti alasanmu kemari."

"Aku kemari karena perintah bosku untuk mendapatkan uang."

"Dan aku kemari karena perintah dari hati dan pikiranku untuk mendapatkanmu kembali."

Kyuhyun menangkup wajah Hye Ri dan mengangkatnya. Mendekatkan wajahnya dan berusaha meraih bibir gadis itu.

"Tidak."

"Aku bukan wanita baik-baik seperti yang kau pikirkan."

"Apa aku tampak peduli dengan itu?"

"Tapi aku peduli."

Tangannya sedikit mendorong tubuh Kyuhyun menjauh.

"Kau tidak pantas untukku. Pria baik yang bahkan mau menolong orang asing tanpa peduli pendapat orang lain sepertimu, tidak pantas untukku."

"Dan apa aku akan mempertimbangkannya? Tidak. Aku ingin kau dan kau harus menjadi milikku."

"Kenapa?"

Hye Ri mulai berani untuk menatapnya.

"Karena kau kasihan padaku? Mengasihani gadis sial sepertiku yang dijual oleh pamanku sendiri dan jadi gadis kotor seperti ini?"

"Karena aku mencintaimu. Aku bahkan akan membayar berapapun untuk bisa mengatakan kata itu padamu."

Kyuhyun menarik lengan Hye Ri dan memeluknya.

"Tidak, Cho. Kau tidak mungkin mencintaiku. Aku tidak pantas untukmu."

Suaranya mulai bergetar; tanda jika dia mulai menitikan air mata.

"Berhenti mengatakan itu. Biar aku yang menilai kau pantas atau tidak."

"Tapi aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu. Aku pembawa masalah."

"Kau pembawa kebahagiaan untukku. Apa kau akan pergi begitu saja setelah melakukan itu padaku?"

Kyuhyun merasakan getaran di tubuh Hye Ri semakin kencang, gadis itu entah terlalu sedih atau senang sekarang. Tangisannya semakin dalam.

"Hey."

Dia melepas pelukannya dan menatap Hye Ri.

"Aku akan melepaskanmu dari semua ini. Aku yang akan mengatasinya. Dan aku yang akan melindungimu, dari siapapun."

"Yang perlu kau lakukan hanya mengatakan 'Ya' dan aku berjanji akan membuatmu jadi wanita paling beruntung di dunia ini."

Hye Ri terdiam menatapnya dengan air mata yang masih berlinang. Membuat Kyuhyun berinisiatif meraih bibir gadis itu; membungkamnya.

Mendiamkannya dan mulai menggerakannya kemudian, mendekap Hye Ri lebih erat. Seakan tidak ingin gadis itu menjauh satu centi saja. Merengkuh tubuhnya; meyakinkannya keamanan yang akan ia dapatkan.

~

Hye Ri menggulung rambutnya dan menjepitnya ke atas. Gadis itu lalu kembali duduk di samping ranjang.

Diam memperhatikan wajah polos Kyuhyun. Pria itu tampak sangat tenang dalam tidurnya.

Hye Ri mendekat dan mengusap kepala pria itu pelan.

Benarkah pria ini menerimanya? Benarkah dia bersedia untuk melindunginya? Dia bahkan tidak seberharga itu kan untuk diperjuangkan.

"Hey."

"Apa yang kau lamunkan?"

Suara serak Kyuhyun menyambut saat pria itu membuka matanya. Yang dibalas gelengan oleh Hye Ri.

"Kau lelah?"

Kyuhyun menjulurkan tangan dan menyentuh rambut Hye Ri. Sedang gadis itu, tampak menahan senyum. Wajahnya memerah, mengingat apa yang mereka lakukan tadi malam.

Gadis itu lalu meraih kaos hitam Kyuhyun yang berada di ujung ranjang dan memberikannya.

"Gunakan coat milikku. Pakaianmu terlalu terbuka."

Ucapnya lalu berlalu ke kamar mandi.

Meninggalkan Hye Ri yang terdiam. Dia tahu jika ada anak buah bosnya yang menunggu di depan kamar. Itu yang selalu ia lihat ketika keluar dari kamar hotel.

Bisakah mereka keluar tanpa bermasalah dengan pria-pria itu?

"Kenapa?"

Kyuhyun muncul dan mendapati wajah bingung Hye Ri.

"Aku rasa ada beberapa orang yang menunggu di depan kamar. Setiap aku keluar dari kamar hotel, mereka selalu ada disana."

"Dan kau takut?"

"Bagaimana jika mereka melukaimu?"

Kyuhyun tersenyum dan meraih tubuh Hye Ri.

"Boleh aku tahu alasan sebenarnya kenapa kau bisa ada di ruang biologi sekolahku saat itu?"

"Dia memintaku menemui seseorang. Kau tahu untuk apa. Aku berusaha kabur dari pria yang mengawalku dan akhirnya aku sampai dan sembunyi di sekolahmu."

"Itu berarti kau ingin menghentikan semua ini dan merubah kehidupanmu, kan?"

"Tentu saja."

"Itu sudah cukup untukku."

Kyuhyun mengalihkan anak rambut yang menutupi wajah Hye Ri.

"Aku hanya memerlukan alasan itu untuk menjagamu."

"Benarkah?"

Dia mengangguk dan memasangkan coat miliknya ke tubuh Hye Ri.

"Tunggu disini."

Kyuhyun membuka pintu dan keluar. Entah apa yang ia lakukan tapi beberapa saat kemudian dia kembali dan meraih tangan Hye Ri.

"Ayo pergi."

Merengkuh pundak gadis itu dan membawanya keluar. Hye Ri hanya terkejut saat mendapati dua orang pria yang biasanya mengawalnya tergeletak tidak sadar di lorong hotel.

"Apa yang kau lakukan pada mereka?"

"Aku harap aku bisa membunuh mereka. Sayangnya aku hanya membuat mereka pingsan."

Ucapnya lalu terus membawa Hye Ri menjauh.

~

"Apa? Kau gila? Bagaimana bisa kau meminta hal seperti itu?"

Ahra yang duduk di samping sang ibu menatap tidak percaya Kyuhyun. Pria itu kehilangan kesadarannya atau bagaimana? Bisa-bisanya dia datang tiba-tiba ke rumah dan membawa gadis asing yang sempat tinggal bersamanya itu.

Dan kau tahu apa yang lebih gila? Dia meminta agar mereka mengizinkan Hye Ri tinggal di rumah ini.

"Kau tidak ingin kan jika dia kembali tinggal bersamaku di apartemen? Jadi biarkan dia tinggal disini."

"Astaga! Tidak semudah itu, bodoh! Kau pikir apa yang akan orang lain katakan saat ada seorang gadis tinggal disini dan yang membawanya kemari adalah kau?"

Kyuhyun tampak tidak merespon dan memilih menatap sang ayah dan ibunya. Dia tahu jika ini adalah permintaan yang konyol dan nekat. Tapi dimana lagi dia bisa melindungi Hye Ri jika bukan di tempat ini?

Seandainya bisa, dia pasti sudah memilih untuk menikahi gadis itu jika tidak ingat dengan statusnya sekarang.

"Aku rasa kau tidak mungkin membawa gadis yang tidak berharga sama sekali untukmu, kan?"

Ayah Kyuhyun buka suara. Menatap sang putra yang duduk dengan Hye Ri di sampingnya.

Dia mengenal putranya. Dia tahu jika Kyuhyun selalu memutuskan sesuatu yang sudah ia pertimbangkan dengan matang. Dan lagipula gadis di sampingnya itu tampak baik-baik saja.

Ayah Kyuhyun menatap istrinya; seakan mengatakan sesuatu menggunakan mata. Dan wanita itu tersenyum lalu mendekati Hye Ri. Meraih tangan gadis itu dengan lembut; memintanya berdiri.

Lalu mengajaknya menaiki tangga menuju lantai atas. Membiarkan Kyuhyun menatap punggung mereka.

"Terima kasih, appa."

"Kau pria. Aku tahu kau sadar dengan apa yang kau lakukan. Dan bertanggung jawablah dengan itu."

Sang ayah berdiri dan berlalu dari pandangannya. Membiarkan Kyuhyun yang masih dihujani tatapan dingin oleh Ahra.

"Aku bukannya membenci gadis itu. Aku hanya takut kau tidak bisa menjaganya."

"Kau mengenalku dan aku yakin kau percaya jika aku bisa melindunginya."

"Aku tahu. Aku sadar itu. Jadi jaga tanggung jawabmu. Aku akan menjaganya sampai kau bisa dan mampu membawanya pergi dari rumah ini dan tinggal bersamamu."

Ahra berdiri dan menepuk singkat pundak Kyuhyun.

"Ya. Aku berjanji, suatu saat nanti aku bisa menjadikannya milikku seutuhnya. Menjaganya dengan tanganku sendiri dan memastikan kebahagiannya."

"Aku berjanji."


FIN
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar